Tuesday, January 31

Aku Punya Hak terhadap Diriku Sendiri


Aku Punya Hak Terhadap Diriku Sendiri

Judul film: My Sister’s Keeper
Pemain: Sofia Vassilieva, Cameron Diaz, Abigail Breslin, Alec Baldwin
Sutradara: Nick Cassavetes
Tahun rilis: 2009
Genre: Keluarga
Diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Jodi Picoult (2004).


***


Saya menonton film ini saat tahun pertama mengajar di kelas 8-9 middle school. Rekan kerja saya adalah seorang guru sains, dan kebetulan saat itu sedang mengajarkan anak-anak tentang rekayasa genetika.  Kemudian ia merekomendasikan film ini, walaupun memang bukan film saintifik dan tidak banyak berkaitan, tapi cukup baik untuk membuat anak-anak tertarik terhadap pelajaran. Kisahnya memang rekaan, tapi sangat mungkin terjadi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita. Desas desus yang pernah saya dengar dari teman saya ini sih, di Amrik sana sudah ada kloning untuk manusia –mirip dengan kisah yang diangkat dalam film ini– walaupun mengalami penentangan luar biasa dari berbagai kalangan. Untungnya, sebagaimana film bergenre keluarga lainnya, tidak ada kegiatan seksual yang terekspos di film ini, hanya kissing.


Anna Fitzgerald (Abigail Breslin) terlahir dari rekayasa genetika di dalam laboratorium, istilah kerennya,  bayi tabung. Tidak seperti proses bayi tabung lain yang dilakukan karena sulitnya terjadi pembuahan antara sperma dan ovum, Anna terlahir direncanakan. Ia direncanakan menjadi spare part- cadangan tubuh untuk kakaknya, Kate Fitzgerald (Sofia Vassilieva) yang mengidap penyakit Leukimia akut. Untuk mendapatkan zigot Anna, orang tua Kate telah melakukan berkali-kali pembuahan invitro (di dalam laboratorium), dan membuang puluhan zigot lain  yang diketahui tidak cocok dengan DNA Kate. *Padahal sesungguhnya setiap zigot yang tertanam dalam rahim pun adalah pilihan, sperma pemenang yang berhasil menjuarai kompetisi dengan sperma lain untuk membuahi sang ovum.*


Sejak masih bayi, Anna sudah bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup kakaknya. Belasan operasi sudah ia jalani dalam rangka menolong kakaknya ‘memperpanjang usia’. Beberapa kali ia juga melakukan transfusi darah, menerima puluhan suntikan di berbagai anggota tubuhnya, demi Kate.  Pada usianya yang ke 11, ia diminta untuk mendonorkan satu ginjalnya karena Kate divonis gagal ginjal. Operasi yang akan berdampak cukup serius bagi Anna, dan belum menjamin akan bisa menolong Kate. Kehilangan satu ginjal akan membuat Anna kelak terbatas dalam beraktivitas, lebih jauh lagi, ia sangat mungkin akan kesulitan memiliki anak. Anna berontak. Ia dengan dibantu kakak angkatnya, Jesse, menyewa seorang pengacara Campbell Alexander (Alec Baldwin) untuk menuntut kedua orang tuanya. Ia ingin mempunyai hak memutuskan tindakan medis apa yang akan ia ambil terhadap tubuhnya (medical emancipation). *Sebenarnya saya membayangkan pergolakan batin yang dirasakan Anna, antara rasa sayang terhadap kakaknya dan rasa peduli terhadap dirinya sendiri. Sayang hal ini kurang dieksplor di dalam film.*


Ibu Anna, Sara (Cameron Diaz) yang merupakan mantan pengacara, memutuskan untuk mewakili dirinya sendiri dalam ‘melawan’ tuntutan anaknya. Sara beberapa kali mengajak Anna berbicara dari hati ke hati tentang hal ini, memintanya untuk membatalkan tuntutan dan merelakan ginjalnya untuk Kate. Anna tetap menolak, bahkan ia semakin marah pada ibunya. Dengan bahasanya sendiri ia meminta ibunya untuk juga memandang kepentingannya, tidak melulu tentang Kate. Padahal di sisi lain, Anna dan Kate adalah saudara kandung yang sangat akrab. Dengan adanya tuntutan itu pun, keakraban mereka tidak berubah. Anna pun tetap dengan sepenuh hati mendampingi Kate melawan rasa sakitnya, merawatnya di rumah maupun menemani di rumah sakit. Sungguh Anna sayang Kate. Ia melayangkan tuntutan itu bukan karena ia lelah menjadi spare part, tapi ternyata sebaliknya yang terjadi. Apa alasan utama Anna mengajukan tuntutan, lalu apakah ia akan memenangkannya? Apa yang terjadi pada Kate selanjutnya? Bagaimana pula nasib Jesse yang seakan tidak dianggap dalam keluarga mereka? Temukan jawabannya saat menonton film ini ya ^_^


Walaupun memiliki sedikit perbedaan dengan novelnya, film ini sangat menyentuh. Kekuatan akting Anna, Kate dan Sara mengombang ambing perasaan penonton. Di satu pihak kita akan merasakan perjuangan pantang menyerah seorang ibu demi kesembuhan anaknya, di pihak lain akan jelas tergambar ketulusan pengorbanan seorang adik, dan rasa sayang seorang kakak. Drama keluarga yang dibungkus dengan sangat ciamik oleh sang sutradara. Sangat wajar jika Abigail, Cameron dan Sofia sebagai pemeran Anna, Sara dan Kate mendapat beberapa penghargaan dalam bidang akting melalui film ini.


Sedikit hal yang mengganggu adalah tentang peran Ayah yang tidak terlalu ditonjolkan di film ini. Ada, tapi terlalu dominan peran sang ibu. Tentang penokohan anak pertama mereka, Jesse, pun agak mengganggu. Jesse memang anak angkat. Saking sibuknya dengan Kate, orang tua mereka tidak sadar bahwa Jesse mengalami disleksia. Hal ini sebenarnya cukup bagus untuk dijadikan konflik tersendiri, tapi sepertinya sutradara memilih fokus kepada tiga pemeran perempuan. *Apa saya aja ya yang jadi sutradara :p*


Over all, keren lah filmnya. Worthed untuk ditonton....

No comments:

Post a Comment